kesieuthipth.com – Pada 5 April 2004, Indonesia mencatat sejarah gemilang: Pemilu Presiden langsung pertama di dunia dengan populasi terbesar. Sebanyak 156,4 juta pemilih berbondong-bondong ke 564.977 tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsungโbukan lagi melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) seperti era Orde Baru. Dengan partisipasi 84,11%, pemilu ini menjadi pesta demokrasi terbesar saat itu, melibatkan 5 pasangan calon dan diikuti 126 juta pemilih sah. Kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla dengan 60,1% suara di putaran kedua (20 September 2004) tak hanya mengakhiri 32 tahun pemilihan tak langsung, tapi juga membuka era baru: demokrasi partisipatif yang inklusif. Dua dekade kemudian, Pemilu 2004 tetap jadi tonggak emas transisi demokrasi Indonesia.
Latar Belakang: Dari Reformasi 1998 Menuju Pemilu Langsung
Reformasi 1998 mengguncang fondasi Orde Baru. Mahasiswa, buruh, dan rakyat menuntut demokrasi substantif, bukan formalitas MPR yang sering jadi “karet”. Amendemen UUD 1945 ke-2 (Agustus 2000) dan ke-3 (November 2001) lahirkan Pasal 6A dan 7A: presiden/wakil dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu umum. Undang-Undang Pemilu No. 12/2003 mengatur detailnya, termasuk ambang batas parlemen 20% untuk maju ke putaran kedua.
Pemilu legislatif Maret 2004 jadi pemanasan: Partai Demokrat (SBY) melonjak dari 1,4% (1999) jadi 7,45%. Golkar (Jusuf Kalla) kuat di 21,58%, PDI-P (Megawati) 18,53%. Hasil ini tentukan 5 pasangan yang lolos ke pemilu presiden: Megawati-Hamzah Haz (PDI-P/Golkar), SBY-JK (Demokrat/Golkar), Amien Rais-Siswono Yudhohusodo (PAN/PKS), Wiranto-Salahuddin (Golkar/PPP), dan Hamzah Haz-Mahfud MD (PPP/PDI-P).
Pelaksanaan Pemilu: Logistik Raksasa dan Antusiasme Nasional
Putaran Pertama (5 April 2004): 80% TPS buka tepat waktu meski medan ekstremโdari Papua pegunungan hingga Maluku Laut. Partisipasi 84% ciptakan rekor Guinness. Hasil KPU: Megawati-Hamzah unggul tipis 26,38% (52,7 juta suara), SBY-JK 22,44% (44,8 juta), Wiranto-Salahuddin 10,5%. Tak ada pemenang mutlak (50%+1), lanjut putaran kedua.
Putaran Kedua (20 September 2004): Hanya dua paslon, logistik lebih efisien. SBY-JK menang telak 60,1% (69,7 juta suara) vs Megawati-Hamzah 39,9%. Proses hitung cepat akurat, pengumuman resmi 21 September, pelantikan SBY di MPR 20 Oktober 2004.
Berikut hasil lengkap putaran pertama:
Paslon | Partai Utama | Suara | Persentase |
---|---|---|---|
Megawati-Hamzah | PDI-P/Golkar | 52,7 juta | 26,38% |
SBY-Jusuf Kalla | Demokrat/Golkar | 44,8 juta | 22,44% |
Wiranto-Salahuddin | Golkar/PPP | 21 juta | 10,5% |
Amien Rais-Siswono | PAN/PKS | 17,4 juta | 8,7% |
Hamzah-Mahfud | PPP/PDI-P | 16,2 juta | 8,1% |
Dampak dan Signifikansi: Demokrasi yang Hidup
Pemilu 2004 revolusioner karena:
- Skala Global: 156 juta pemilih, 5 zona waktu, 17.000 pulauโterbesar sepanjang sejarah saat itu.
- Transparansi: Pengawasan KPU, Bawaslu, LSM seperti JPPR cegah kecurangan massal.
- Inklusivitas: Perempuan 49% pemilih, daerah terpencil terjangkau via helikopter/kapal.
- Ekonomi Politik: SBY janji reformasi birokrasi, anti-korupsi, dan stabilitasโterbukti dengan pertumbuhan 5,7% (2005).
Secara global, Pemilu 2004 jadi model bagi negara pasca-konflik seperti Timor Leste dan Nepal. Mahfud MD sebut ini “pemilu paling sah se-Asia Tenggara”.
Tantangan dan Kritik: Belajar dari Masa Lalu
Meski sukses, ada catatan:
- Logistik: 2% TPS telat, 1,5 juta suara tidak sah.
- Biaya: Rp3,9 triliunโmahal tapi worth it untuk legitimasi.
- Kontroversi: PDI-P tuding kecurangan, tapi MK tolak gugatan.
- Golput Rendah: Hanya 15,89%โbukti rakyat haus demokrasi.
Warisan 20 Tahun: Dari 2004 ke Pemilu 2024
Pemilu langsung jadi tradisi: 2009 (SBY-JK re-elected), 2014 (Jokowi-JK), 2019 (Jokowi-Ma’ruf), 2024 (Prabowo-Gibran). Partisipasi stabil 80%+, meski digitalisasi SIRKOLAT (2024) tambah efisiensi. Hari ini, Pemilu 2004 diperingati sebagai “Pesta Demokrasi Pertama”โsimbol transisi dari otoritarianisme ke kedaulatan rakyat.
Pemilu Langsung Pertama 2004 bukan sekadar kontestasi politik, tapi perayaan kedaulatan rakyat. Ia buktikan: Indonesia, negara terbesar ke-4 dunia, mampu kelola demokrasi raksasa dengan damai. Seperti kata SBY saat pelantikan: “Ini kemenangan rakyat, bukan partai.” Dua dekade kemudian, semangat itu tetap abadiโdan terus menginspirasi generasi mendatang.