kesieuthipth.com – Di hutan tropis Sulawesi, kuskus beruang (Ailurops ursinus) hidup sebagai permata tersembunyi Indonesia, namun jarang dikenal dibandingkan orangutan atau badak. Mamalia arboreal ini, dengan bulu hitam cokelat dan mata besar, adalah marsupial endemik yang menghuni kanopi hutan dataran rendah. Berbeda dari kanguru, kuskus beruang bergerak lamban, mengandalkan ekor panjang untuk bergoyang antar cabang. Dengan status kritis di IUCN Red List 2024, satwa ini menawarkan cerita menarik tentang kelangsungan hidup dan tantangan konservasi di Indonesia.
Kuskus beruang memiliki panjang tubuh 50-60 cm dan berat hingga 7 kg, menjadikannya marsupial terbesar di Sulawesi. Mereka vegetarian, memakan daun, buah, dan kulit kayu, membantu penyebaran biji di hutan Tangkoko. Menurut penelitian LIPI 2024, populasi kuskus beruang tinggal 2.500 ekor akibat deforestasi dan perburuan. Mereka hidup soliter, hanya bertemu saat musim kawin, dan betina mengasuh anak di kantong selama 6 bulan. Tingkah mereka yang pendiam dan nokturnal membuatnya sulit dipelajari, tapi jejak kaki dan sisa makanan jadi petunjuk keberadaan. Di Sulawesi Utara, warga lokal menghormati kuskus sebagai simbol hutan, meski tak sebeken tarsius.
Kunjungi Cagar Alam Tangkoko dengan pemandu berlisensi untuk peluang melihat kuskus beruang, terutama malam hari. Bawa teropong dan hindari blitz kamera agar tak mengganggu. Dukung konservasi via donasi ke Yayasan Selamatkan Yaki, yang lindungi 20% habitat kuskus sejak 2020. Kuskus beruang bukan sekadar satwaโia adalah pengingat rapuhnya keanekaragaman hayati Indonesia.