kesieuthipth.com – Revolusi Industri di Inggris pada abad ke-18 hingga ke-19 tidak hanya mengubah lanskap ekonomi dunia, tetapi juga membawa perubahan besar dalam peran wanita. Sebelum revolusi ini, banyak wanita bekerja di rumah, mengurus keluarga atau membantu pertanian. Namun, dengan munculnya pabrik-pabrik tekstil di kota-kota seperti Manchester dan Birmingham, wanita mulai memasuki dunia kerja formal dalam jumlah besar.
Pada 1800-an, sekitar 60% pekerja pabrik tekstil di Inggris adalah wanita dan anak-anak, menurut data sejarah dari British Library. Mereka bekerja sebagai penenun atau pemintal, sering kali selama 12-14 jam sehari dengan upah yang jauh lebih rendah dibandingkan priaโhanya sekitar sepertiga dari gaji pria untuk pekerjaan serupa. Meski kondisinya berat, seperti lingkungan kerja yang berbahaya dan minimnya hak pekerja, wanita menjadi tulang punggung industri ini. Mereka juga memainkan peran penting dalam gerakan serikat pekerja awal, menuntut upah yang adil dan kondisi kerja yang lebih baik.
Pengalaman wanita pada masa ini menunjukkan ketangguhan mereka. Banyak yang harus menyeimbangkan pekerjaan dengan tanggung jawab rumah tangga, sering kali membawa anak-anak ke pabrik karena tidak ada penitipan. Gerakan seperti “Factory Acts” pada 1833 mulai membatasi jam kerja wanita dan anak-anak, menjadi langkah awal menuju perlindungan pekerja.
Peran wanita dalam Revolusi Industri tidak hanya membantu ekonomi Inggris berkembang, tetapi juga membuka jalan bagi perjuangan kesetaraan gender. Mereka membuktikan bahwa wanita mampu berkontribusi besar di luar ranah domestik, menjadi inspirasi bagi gerakan feminis di abad berikutnya. Informasi ini didasarkan pada catatan sejarah dan studi tentang Revolusi Industri.
Revolusi Industri adalah titik balik dalam sejarah dunia, dan wanita Inggris memainkan peran krusial di dalamnyaโmengubah cara dunia memandang tenaga kerja dan kesetaraan.
